Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat karena merupakan artikel pendek yang tidak memiliki konteks untuk mengidentifikasi subjek artikel. Lihat KPC A1.%5B%5BWP%3ACSD%23A1%7CA1%5D%5D%3A+Tanpa+konteksA1
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
- Kepada nominator: Tempatkan templat:
{{subst:Db-nocontext-notice|Suminten Edan|header=1}} ~~~~
- pada halaman pembicaraan pembuat/pengunggah.
Catatan untuk pembuat halaman: Anda belum membuat atau menyunting article halaman pembicaraan. Jika Anda mengajukan keberatan atas penghapusan, mengeklik tombol di atas akan membawa Anda untuk meninggalkan pesan untuk menjelaskan mengapa Anda tidak setuju artikel ini dihapus.
Jika Anda sudah ke halaman pembicaraannya, tetapi pesan ini masih muncul, coba hapus singgahan (cache).
Pengurus: periksa pranala balik, riwayat (beda), dan catatan sebelum dihapus. Periksa di Google.
Halaman ini terakhir disunting oleh Ariandi Lie (kontribusi | log) pada 12:59, 12 Juni 2024 (UTC) (0 detik lalu)
Suminten Edan adalah sebuah roman atau cerita legenda asli daerah Trenggalek yang melibatkan 2 wilayah tetangga, yaitu Ponorogo dan Kediri, Cerita ini mengisahkan seorang gadis anak petani biasa yang tak jadi menikah dengan sang Pangeran sehingga kesedihannya harus membuatnya jatuh sakit yang akhirnya harus lupa ingatan. Cerita ini sangat di kenal Masyarakat 3 wilayah ini.
Pada zaman dahulu Kanjeng Bupati Trenggalek Radhen Noto Kusumo mempunyai seorang putra yang bernama Raden Mas Subroto. Wajahnya tampan, cerdik dan banyak pengetahuan yang ikut campur dalam urusan keamanan para rakyatnya.
Waktu itu di wilayah Trenggalek bagian barat, keamanan dan kenyamanan rakyat terganggu oleh para Begal (Perampok) yang biasa muncul di dekat hutan Ponorogo. Banyak para rakyat yang mengadu dan meminta pertolongan pada Kanjeng Adipati.
Kanjeng Bupati Kemudian mengutus putranya Raden Mas Subrata untuk mengatasi masalah dan memberi pengeayoman pada masyarakat tersebut. Kemudian Radhen Mas Subroto juga mengemban tugas untuk menyebarluaskan berita sayembara, siapa saja yang bisa menangkap para Begal tersebut hidup atau mati akan diberi hadiah dari kerajaan.
Berita tersebut tersebar luas hingga Warok Siman yang berasal dari desa Kasimanan dekat perbatasan Ponorogo mendengarnya. Dia segera berangkat untuk mencari para Begal yang telah membuat kerusuhan di bagian barat Kerajaan Trenggalek tersebut. Ternyata pemimpin Begal yang membuat kerusuhan tersebut adalah Surogentho anak dari Surobangsat. Warok Siman kemudian mengingatkannya dan Surogentho pun menurutinya kemudian meninggalkan tempat itu.
Ia pergi ke arah utara, dalam perjalanan Surogentho bertemu dengan gadis cantik yang bernama Cempluk anak dari Warok Suromenggolo. Dasar anaknya nakal Surogentho menggodanya sampai-sampai akan memperkosanya. Kemudian Radhen Mas Subroto yang kebetulan lewat mencegahnya. Tapi Surogentho tidak terima atas perlakuan Radhen Mas Subroto dan terjadilah pertempuran.
Karena merasa kalah ilmu dalam pertempuran Radhen Mas Subroto kabur mengejar Cempluk yang telah lari terlebih dahulu. Sesampainya di dekat rumah, Warok Suromenggolo kaget melihat putrinya berlarian terengah- engah bersama seorang cowok yang tampan. Setelah tenang Cempluk bercerita kepada ayahnya kalau di jalan tadi digoda oleh Surogentho dan akan dipersunting, tapi dia tidak mau. Kemudian ditolong oleh Radhen Mas Subroto, tapi ia kalah dalam pertarungan dan akhirnya berlari pulang.
Tidak lama kemudian Surogentho bersama ayahnya datang. Ia memaksa Cempluk supaya menjadi istrinya.Tapi Warok Suromenggolo tidak memperbolehkannya. Terjadilah pertarungan hebat antara Warok Suromenggolo, Surobangsat dan Surogentho. Jurus masing-masing dikeluarkan untuk menjatuhkan lawan hingga ajian usus-usus pun dipakai. Dalam pertarungan ini akhirnya Warok Surobangsat dan Surogentho kalah.
Setelah kejadian itu Radhen Mas Subroto merasa ada getaran-getaran cinta pada Cempluk. Dan ia menginginkan Cempluk untuk dijadikan istrinya.
Di lain tempat, sesudah mengusir Surogentho, Warok Siman pergi ke Trenggalek. Kemudian sang Bupati memberi hadiah putranya (Radhen Mas Subroto) untuk dijodohkan dengan Suminten puteri Warok Siman. Warok Siman pun sangat bahagia mendapat hadiah tersebut.
Warok siman dan istrinya pun segera mempersiapkan segala keperluan untuk pesta pernikahan anaknya. Namun di tengah persiapan pesta ada seorang utusan (Ki Patih) datang untuk menyampaikan berita bahwa pernikahan kedua anak mereka dibatalkan karena Radhen Mas Subroto belum pulang semenjak tugas dan tidak tahu ke mana perginya. Warok Siman pun diberi emas berlian sebagai ganti hal tersebut.
Warok Siman sangat terkejut akan kabar tersebut, padahal peralatan pesta sudah tersedia semua, bahkan undangan sudah disebar sampai ke mana-mana. Dia khawatir kalau putri yang sangat disayanginya sampai mendengar kabar ini. Tak dapat dihindarkan, Suminten mendengar kabar tersebut dan menjadi gila. Warok siman sangat sedih dan kecewa akan hal tersebut.
Tidak lama kemudian datanglah adik dari Warok Siman yang beri berita bahwa sesungguhnya Radhen Mas Subroto jatuh cinta dengan Cempluk putri dari Warok Suromenggolo, teman seperguruan Warok Siman. Hatinya terbakar mendengar kabar tersebut dan segera pergi ke tempat Warok Suromenggolo. Terjadilah pertarungan antara Warok Siman dengan Warok Suromenggolo.
Mereka berdua mengadu kesaktian. Dan ternyata tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah dalam pertarungan tersebut. Mereka berdua berasal dari satu perguruan yang sama dan sama-sama sakti.
Di tengah-tengah pertarungan yang dahsyat, tiba-tiba mereka berdua berhenti karena kedatangan Suminten yang tertawa sendiri dan bertingkah aneh. Mengetahui hal tersebut Warok Suromenggolo merasa iba dan dan segera mengobati Suminten.
Setelah Suminten sembuh, kemudian dimintakan keadilan di Trenggalek. Akhirnya Suminten menjadi istri Radhen Mas Subroto, Cempluk sebagai istri pertama dan Suminten menjadi istri kedua.
Siman, Ponorogo