Sondonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sondonesia adalah sebuah nama negara fiktif dalam cerita Petualangan Tintin karya Hergé. Nama negara ini disebut di buku Penerbangan 714 dan cerita Tintin dan Alpha-Art.

Berkas:Tintin 714 bompa.jpg
Pesawat Jet Carreidas 160 sedang mengitari Pulau Bompa, sebuah pulau di Sondonesia

Dalam buku Penerbangan 714, pesawat jet milik Laszlo Carreidas, Carreidas 160, dibajak oleh pilot dan kopilot pesawat (Boehm dan Colombani) beserta sekretaris pribadi Carreidas, Spalding, ketika mereka (termasuk Tintin, Kapten Haddock, Profesor Calculus dan Snowy yang karena suatu kejadian akhirnya menumpang pesawat pribadi tersebut) sedang dalam perjalanan ke Sydney, Australia. Tintin dan teman-temannya tersebut bertemu dengan Laszlo Carreidas di Bandara Kemayoran, Jakarta, melalui teman lama mereka Piotr Skut (tokoh dalam Hiu-Hiu Laut Merah) yang menjadi pilot ketiga pesawat pribadi itu.

Oleh para pembajak pesawat jet pribadi itu diterbangkan ke Pulau-Pulau Bompa di Laut Sulawesi. Dalam edisi Bahasa Inggris, nama kepulauan tersebut ditulis apa adanya seperti dalam edisi Bahasa Indonesia. Berdasarkan fakta ini, ditambah dengan kontak radio terakhir dengan menara pengawas di Makassar, maka bisa diperkirakan bahwa Pulau-Pulau Bompa terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi dan sebelah selatan Pulau Mindanao. Dengan demikian, Sondonesia bisa diperkirakan sebagai sebuah negara kepulauan di Laut Sulawesi.

Walaupun terletak di Laut Sulawesi, posisi negara ini tidaklah terlalu jauh dari Kalimantan, terbukti dengan adanya hewan monyet bekantan (Proboscis Monkey atau Nasalis larvatus) yang berasal dari Pulau Kalimantan. Hewan ini menjadi bahan tertawaan Allan akan pemimpin komplotan mereka dan musuh besar Tintin, Roberto Rastapopoulos, yang memiliki bentuk hidung yang sangat mirip.

Masih dalam cerita Penerbangan 714, Sondonesia digambarkan sebagai negara yang masih mengalami perang saudara. Hergé terlihat sangat jelas lewat karyanya ini sedang terpengaruh oleh situasi dalam negeri Kambodia yang sedang kacau waktu buku ini sedang ditulis (paruh dasawarsa 1960an). Oleh karenanya, Allan, salah satu penjahat dalam cerita ini, bisa menggunakan jasa para pemberontak Sondonesia untuk membantunya menjalankan niat jahatnya dengan janji untuk membantu kaum pemberontak tersebut. Orang-orang Sondonesia ini berbicara dalam Bahasa Indonesia, seperti yang tampak pada seorang nelayan yang marah karena pesawat Carreidas terbang terlalu rendah dan pada dua orang Sondonesia yang menjaga tempat penahanan Tintin dan teman-temannya. Bahkan, kedua penjaga ini menyebutkan penyedap makanan khas Jawa, sambal bajak, sebagai menu yang mereka nikmati.

Dalam cerita Tintin dan Alpha-Art yang tidak sempat diselesaikan oleh Hergé, kedutaan besar Sondonesia menjadi tempat sebuah perjamuan mewah dimana wakil-wakil dari Syldavia, Borduria dan San Theodoros menghadirinya.