Lompat ke isi

Portal:Pertanian/Berita terkini/Oktober/2015

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
31 Oktober 2015
30 Oktober 2015
  • "Seorang peneliti dari South Dakota mengaku hasil penelitiannya ditekan publikasinya oleh USDA karena memaparkan bahwa pestisida yang umum digunakan di Amerika Serikat, clothianidin, menjadi penyebab utama stagnannya populasi kupu-kupu raja (Danaus plexippus). Penelitiannya ditujukan pada keberadaan tumbuhan Asclepias yang menjadi makanan kupu-kupu raja dan terpapar pestisida dari suatu ladang jagung. Kemudian ditemukan konsentrasi clothianidin sebesar rata-rata 1.14 ppb dengan konsentrasi terbesar pada satu individu mencapai 4 ppb. Sedangkan dosis yang mematikan bagi larva kupu-kupu raja adalah 1 ppb. Clothianidin termasuk pestisida golongan neonikotinoida yang banyak digunakan di ladang jagung, canola, kapas, kedelai, dan gandum. Neonikotinoida juga terkait keruntuhan populasi lebah." (Springer) (Quartz)

28 Oktober 2015
  • "Uni Eropa yang selama ini memproteksi industri gulanya dengan berbagai kebiakan, kini akan meliberalkan sektor tersebut. Kebijakan yang berubah diantaranya adalah pencabutan harga minimum gula dan kuota produksi. Pencabutan kuota produksi juga akan diberlakukan kepada sirup jagung berfruktosa tinggi (HFCS). Kebijakan ini diperkirakan akan menyebabkan turunnya harga dan meningkatnya produksi hingga tiga kali lipat, yang kemungkinan akan membahayakan kesehatan masyarakat Uni Eropa. Selama ini, tingginya harga gula dan HFCS membatasi penggunaan keduanya di industri makanan." (EurekAlert) (The Guardian)

27 Oktober 2015
24 Oktober 2015
  • "Sebuah produk pengganti mayones, Just Mayo produksi Hampton Creek, menjadi sumber masalah politik di Amerika Serikat. Berawal dari tuntutan Unilever agar produk ini tidak dijual sebagai "mayones" karena melanggar definisi FDA dan USDA tentang mayones, kini Dewan Telur Amerika Serikat (AEB) yang berusaha sekuat tenaga agar Just Mayo tidak mampu mencapai pasar, tindakan yang menyalahi wewenang AEB. Just Mayo dituduh oleh AEB menjadi pemicu lemahnya industri telur Amerika Serikat yang bernilai 5.5 miliar USD karena produk ini terkenal di masyarakat namun tidak mengandung telur yang seharusnya ada pada mayones biasa. Peran AEB ini terungkap dalam berbagai email pribadi pemimpin AEB yang tersiar luas di masyarakat. Menyusul terungkapnya skandal tersebut, CEO AEB mengundurkan diri." (The Guardian) (New York Times)

23 Oktober 2015
22 Oktober 2015
  • "USDA memperkenalkan program farm-to-school yang dimaksudkan agar makanan yang tersaji di sekolah harus berasal dari lahan usaha tani setempat. Program ini akan menjadikan kemajuan usaha pertanian di seluruh negara bagian di Amerika Serikat merata. Program ini juga menjadikan makanan lebih sehat karena dapat tersaji lebih segar, dan minimalisasi jumlah makanan yang terbuang yang sebelumnya sangat mungkin terjadi karena proses distribusi yang jauh." (NPR) (Cattle Network)

21 Oktober 2015
20 Oktober 2015
19 Oktober 2015
  • "Sebuah tim peneliti asal Belanda yang berhasil membuat daging in vitro dua tahun lalu, kini membentuk perusahaan sendiri yang bertujuan untuk memproduksi secara masal daging tersebut. Daging in vitro adalah daging yang ditumbuhkan di laboratorium tanpa melibatkan aktivitas pengembang biakan, pemeliharaan, dan penggemukan hewan. Ketika pertama kali dibuat, daging tersebut memiliki biaya produksi 200 ribu poundsterling per pon, namun mereka yakin dengan produksi secara masal, harganya dapat ditekan dan bersaing dengan daging hasil peternakan." (Headline and Global News) (Daily News and Analysis)

18 Oktober 2015
  • "Australia akan mengamandemen UU Obat-Obatan Narkotika di negaranya, yang memungkinkan mariyuana ditumbuhkan di negara tersebut untuk tujuan medis dan riset. Saat ini pasien hanya diizinkan untuk mendatangkan mariyuana medis dari luar, yang menjadikannya suplainya sangat sedikit karena berbagai hambatan di regulasi. Meski terkenal sebagai narkotika, penggunaan mariyuana untuk tujuan medis telah berkembang di banyak negara maju karena berbagai riset telah menunjukkan keampuhannya." (The Australian) (Business Insider)

  • "Sebuah riset oleh Brookings Institution menyatakan bahwa subsidi pertanian di negara maju menghalangi kemajuan pertanian di negara miskin dan negara berkembang yang tidak disubsidi negaranya. Karena disubsidi, harga bahan pangan di negara maju menjadi rendah sehingga tidak memungkinkan persaingan dengan bahan pertanian yang didatangkan dari luar. Selain itu, hasil pertanian yang murah dari negara maju juga membanjiri negara miskin dan berkembang, menyebabkan petani sulit berkembang di negara sendiri. Meski negara maju rajin memberikan bantuan pangan, namun jumlahnya masih jauh lebih kecil dari subsidi pertaniannya; rata-rata hanya 5% dari besarnya subsidi pertanian." (Economic Times) (Reuters)

17 Oktober 2015
  • "Sebuah riset oleh École Polytechnique Fédérale de Lausanne yang telah berjalan selama lima tahun memperlihatkan bahwa keanekaragaman genetika merupakan kunci penting dalam mempertahankan produktivitas hewan ternak di masa depan. Dengan semakin beragamnya gen yang tersebar dalam satu peternakan memungkinkan terbentuknya galur yang tahan terhadap perubahan kondisi yang mungkin terjadi di masa depan. Hampir seratus persen hewan ternak yang dibudidayakan saat ini adalah galur yang produktif dalam jangka pendek, yang suatu saat akan sulit dipertahankan karena perubahan kondisi hidup. Varietas lokal berdasarkan hasil penelitian, dapat bertahan pada kondisi lokal, bahkan penyakit lokal, dibandingkan dengan kultivar yang dibudidayakan secara luas." (Phys.org) (Bangalore Mirror)

16 Oktober 2015
  • "Peneliti dari University of California, San Fransisco berkampanye di berbagai rumah sakit di negara bagian tersebut agar tidak membeli daging dari hewan yang ditumbuhkan dengan antibiotik. Mereka memperingatkan bahwa penggunaan antibiotik pada peternakan membahayakan kesehatan manusia yang memakan daging tersebut. Bahaya kesehatan terutama datang dari kemunculan bakteri yang mulai resistan terhadap antibiotik. Manusia juga terpapar bakteri yang resistan antibiotik dari kontak dengan hewan dan memakan produknya. Diperkirakan resistansi antibiotik menelan biaya perawatan rumah sakit antara 21 hingga 34 miliar USD setiap tahunnya." (UCSF News Center) (Science Codex)

14 Oktober 2015
  • "Sekelompok aktivis lingkungan menuntut secara hukum US Forest Service karena mengizinkan Nestlé mengambil air dari San Bernardino National Forest, California dengan surat izin yang telah kadaluarsa lebih dari 30 tahun yang lalu. Setidaknya 50 hingga 150 juta galon air diambil dari hutan nasional tersebut setiap tahunnya. Tuntutan juga mengklaim terjadinya kerusakan lingkungan pada sumber air, lokasi pengeboran, sepanjang pipa, hingga daerah hilir sungai karena banyaknya air yang diambil dari lokasi tersebut." (International Business Times) (USA Today)

13 Oktober 2015
  • "Aktivis hak hewan di Australia menginginkan agar eksportir hewan hidup dari Australia ke mancanegara, terutama timur tengah, yang melanggar Exporter Supply Chain Assurance System (ESCAS) untuk segera dipenjara. Hal ini menyusul perlakuan kejam terhadap hewan yang ditemukan dalam rekaman video dan disiarkan di saluran televisi nasional, salah satunya adalah mengikat domba pada kakinya dan tidak bisa berdiri selama perjalanan jauh di dalam bak terbuka. Asosiasi eksportir hewan ternak Australia enggan memberikan respon karena belum menerima salinan video, meski video tersebut telah disiarkan secara nasional." (ABC) (Farm Weekly)

9 Oktober 2015
  • "Monsanto, perusahaan bioteknologi pertanian raksasa dunia, mengalami kehilangan pendapatan sebesar 500 juta USD pada kuartal ketiga tahun ini, yang membuat mereka harus mem-PHK 2600 karyawannya. Pemutusan hubungan kerja ini diperkirakan akan menghemat pengeluaran antara 275 hingga 300 juta USD hingga akhir tahun 2017. Kerugian salah satunya disebabkan oleh turunnya harga jagung yang menyebabkan jumlah permintaan benih jagung oleh petani berkurang. Selain itu, pestisida andalannya, RoundUp, juga mengalami penurunan omzet hingga 11%." (The Land Newspaper) (Columbus Dispatch)

8 Oktober 2015
  • "Sebuah perusahaan di Jepang, Spread, membangun usaha tani dalam ruangan yang dikelola sepenuhnya oleh robot. Perusahaan ini telah memproduksi jutaan lembar sayuran, namun mereka ingin mengekspansi dan menurunkan biaya produksi dengan sepenuhnya terotomatisasi. Usaha tani dalam ruangan tersebut akan menggunakan cahaya, karbon dioksida, nutrien, dan unsur pertumbuhan tanaman lainnya secara terkendali dan otomatis. Saat ini mereka sedang bekerja membangun robot yang dapat mengidentifikasi usia tunas sayuran; sebuah proses yang kini masih membutuhkan perhatian manusia." (Popular Science) (Modern Farmer)

7 Oktober 2015
  • "Jangkrik telah menjadi cemilan populer di University of Connecticut. Para mahasiswa membelinya karena kandungan nutrisinya yang juga rendah lemak, ada juga yang karena penasaran. Satu kantong jangkrik goreng dijual dengan harga 99 sen. Jangkrik goreng ini dipromosikan dengan label organik, bebas GMO, dan ramah lingkungan. Jangkrik dimatikan dengan karbon dioksida dan tidak digoreng dalam kondisi hidup. Keberadaan makanan alternatif ini di sekolah dapat mencegah mahasiswa dan anak-anak membeli makanan produk industri yang mengandung pengawet dan pemanis buatan." (NBC News) (Palm Beach Post)

6 Oktober 2015
  • "Bencana kabut asap Indonesia telah mengganggu kehidupan negara tetangga. Kejuaraan renang internasional yang seharusnya berlangsung di Singapura, harus ditunda. Empat juta anak-anak sekolah di Malaysia diliburkan. 10 ribu warga Malaysia telah mencari layanan rumah sakit karena menderita gangguan pernapasan. Greenpeace menyatakan setidaknya 110 ribu meninggal seara langsung maupun tidak langsung setiap tahunnya karena kejadian rutin ini. Meski penyebabnya jelas, yaitu perusahaan sawit yang membakar hutan untuk membuka lahan kelapa sawit baru, dan waktunya jelas yaitu di musim kemarau, namun tidak ada kebijakan dan tindakan yang jelas untuk mencegah hal ini. Para pemimpin negara tetangga sudah tidak ragu lagi untuk menyatakan kekesalannya melalui media massa maupun media sosial." (The Guardian) (ABC News)

5 Oktober 2015
2 Oktober 2015
1 Oktober 2015

Arsip: