Dars-i Nizami

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dars-i Nizami (bahasa Urdu: درس نظامی) adalah sebuah kurikulum atau sistem pembelajaran yang digunakan di banyak institusi Islam (madrasah) dan Darul Ulum, yang berasal dari anak benua India pada abad ke-18 dan sekarang juga dapat ditemukan di beberapa bagian Afrika Selatan, Kanada, Amerika Serikat, Karibia, dan Britania Raya.[1]

Secara tradisional, kurikulum ini mencakup bidang studi berikut:

  1. Bahasa Arab: Siswa mulai dengan mempelajari tata bahasa Arab, kosakata, dan sintaksis. Kemahiran dalam bahasa Arab sangat penting untuk mempelajari teks-teks Islam.
  2. Kajian Al-Quran: Mata pelajaran ini berfokus pada pembacaan yang benar (Tajwid) dari Al-Quran dan memahami maknanya. Para siswa mempelajari Tafsir (penafsiran Alquran) dan menghafal beberapa bagian Alquran.
  3. Ilmu Hadis: Bidang studi ini melibatkan penelitian terhadap perkataan, tindakan, dan persetujuan dari nabi Islam Muhammad. Para murid mempelajari metodologi kritik, klasifikasi, dan penafsiran hadis.
  4. Fiqih (Yurisprudensi): Fiqih berkaitan dengan yurisprudensi Islam dan penerapan praktik hukum Islam. Para murid mempelajari prinsip-prinsip dan metodologi pengambilan hukum dari sumber-sumber utama seperti Al-Quran dan Hadis.
  5. Ushul Fiqih (Prinsip-prinsip Yurisprudensi): Mata pelajaran ini berfokus pada dasar-dasar teoritis hukum Islam. Siswa belajar tentang sumber-sumber hukum Islam, prinsip-prinsip penalaran hukum, dan metode penafsiran hukum.
  6. Akidah (Keyakinan): Akidah mencakup studi tentang teologi Islam dan sistem kepercayaan. Para siswa mengeksplorasi topik-topik seperti keesaan Tuhan, kenabian, dan kepercayaan pada hal-hal gaib.
  7. Sejarah Islam: Mata pelajaran ini mencakup sejarah Islam dari masa Nabi Muhammad hingga saat ini. Para siswa mempelajari kehidupan tokoh-tokoh Muslim terkemuka, peristiwa-peristiwa besar, dan perkembangan peradaban Islam.
  8. Logika dan Filsafat: Logika dan filsafat memberi siswa sarana untuk berpikir kritis dan bernalar. Mereka mengeksplorasi argumen logis dan konsep filosofis dalam kerangka kerja Islam.
  9. Sastra dan Syair Arab: Siswa mempelajari sastra Arab klasik, syair, dan kefasihan. Mereka mempelajari karya-karya sastra Arab yang terkenal dan menganalisis keindahan linguistik dan perangkat sastra yang digunakan.
  10. Sufisme dan Spiritualitas: Mata pelajaran ini berfokus pada dimensi spiritual Islam. Para siswa mengeksplorasi ajaran-ajaran para guru Sufi terkenal, mempelajari konsep-konsep pemurnian spiritual, dan mempelajari berbagai praktik spiritual.
  11. Isu-isu Kontemporer: Beberapa topik kontemporer dan tantangan yang relevan bagi komunitas Muslim juga dapat dimasukkan ke dalam kurikulum, seperti etika, isu-isu sosial, dan tanggapan Islam terhadap perkembangan modern.

Sistem Dars-i Nizami dikembangkan oleh Nizamuddin Sihalivi (1161 H/1748 M) dari kelompok Ulama Firangi Mahal, yang kemudian diberi nama Dars-i Nizami (Robinson, 2001: hlm. 72). Sihali adalah sebuah desa di Blok Fatehpur di Distrik Barabanki di Negara Bagian Uttar Pradesh, India.[2]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Van Bruinessen, M. and Allievi, S., (2013). Producing Islamic Lnowledge: Transmission and Dissemination in Western Europe. Routledge. p. 99.
  2. ^ "Dars Nizami Course – Al-Karam". 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Zaman, Muhammad Qasim (January 2014). "Religious Education and the Rhetoric of Reform: The Madrasa in British India and Pakistan". Comparative Studies in Society and History. 41 (2): 294–323.