Lompat ke isi

Asas tiga swa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Asas tiga swa atau formula tiga swa adalah strategi misiologis yang diterapkan dalam rangka mendirikan jemaat-jemaat pribumi. Ketiga swa yang dimaksud adalah swatantra, swadana (tidak mengandalkan dana asing), dan swausaha (berusaha sendiri mewartakan Injil). Asas ini pertama kali mencuat pada akhir abad ke-19, dikemukakan oleh ahli-ahli teori misi, dan dewasa ini masih diterapkan dalam konteks-konteks tertentu misalnya di dalam ruang lingkup Gerakan Patriotis Tiga Swa di Tiongkok Daratan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asas tiga swa, yaitu swatantra, swadana (tidak bergantung kepada pihak asing dalam hal pendanaan), dan swausaha (mengupayakan pewartaan Injil secara mandiri) pertama kali dikemukakan oleh Henry Venn, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Misionaris Gereja dari tahun 1841 sampai 1873, dan Rufus Anderson, Sekretaris Urusan Luar Negeri Dewan Komisaris Amerika untuk Karya Misi di Luar Negeri.[1][2] "Metode Nevius," terambil dari nama John Livingstone Nevius, misionaris Protestan asal Amerika Serikat yang berkarya di Tiongkok dan Korea, mengembangkan asas tiga swa cetusan Venn dan Anderson menjadi rancangan pendirian jemaat-jemaat pribumi.[3][4]

Pada tahun 1877, asas tiga swa ramai diperbincangkan oleh para misionaris di Tiongkok.[5] Perumusan asas tiga swa secara resmi di dalam konferensi karya misi Kristen yang diselenggarakan di Shanghai pada tahun 1892 mencerminkan suatu kesepahaman yang nyaris universal bahwa masa depan gereja di Tiongkok bergantung kepada usaha untuk membumiputrakan kepemimpinan gereja, dan usaha untuk menemukan corak peribadatan yang cukup menampakkan jati diri bangsa Tionghoa.[6]

Pada awal abad ke-20, Roland Allen, seorang mantan misionaris Anglikan di Tiongkok, menulis dua buah buku berpengaruh yang menganjurkan konsep jemaat-jemaat pribumi berlandaskan asas tiga swa.[7][8]

Gerakan Patriotis Tiga Swa di Tiongkok Daratan, yang kini menjadi corak Kekristenan Protestan yang diakui keberadaannya secara resmi oleh pemerintah Tiongkok, menjadikan asas tiga swa sebagai landasan pendiriannya.[9] Meskipun demikian, di dalam jalinan koordinasi dengan Departemen Urusan Gugus Depan Bersatu, Gerakan Patriotis Tiga Swa berusaha merangkul segenap umat Kristen di Tiongkok untuk bersama-sama mengusung agenda politik dan sosial yang dicanangkan pemerintah, dan oleh karena itu mempolitisasi hal-ihwal keyakinan dan amalan keagamaan serta "memperhambakan misi agamawi gereja kepada agenda politik Partai Komunis."[10] Langkah ini merupakan perubahan mendasar di dalam konsep asas tiga swa, yakni dari agamawi menjadi politis. Implementasi yang dilakukan Gerakan Patriotis Tiga Swa justru melahirkan upaya penghilangan bentuk-bentuk lain dari pengejawantahan asas tiga swa yang sudah ada sebelumnya.[11]

Beberapa sarjana pengkaji karya misi, antara lain Paul Hiebert dan David Bosch, belakangan berpendapat bahwa sekarang ini sudah semestinya ada "swa" yang keempat, yaitu swateologisasi.[12][13]

Baca juga[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Trammel, Madison, "Marking Time in the Middle Kingdom", Christianity Today Library, diakses tanggal 01 Mei 2007  .
  2. ^ Venn, Henry (1971), Warren, M, ed., To Apply the Gospel: Selections from the Writings of…, Grand Rapids: Eerdmans .
  3. ^ Nevius, John Livingstone (1899), The Planting and Development of Missionary Churches (edisi ke-3), New York: Foreign Missionary Library, OCLC 601015072 
  4. ^ Clark, Charles Allen (1937), The Nevius Plan for Mission Work, Seoul, South Korea: Christian Literature Society 
  5. ^ Yates, Matthew Tyson, ed. (1878), Records of the General Conference of the Protestant Missionaries of China: Held at Shanghai, May 10-24, 1977, Shanghai, China: Presbyterian Mission Press, hlm. 39, 264, 289, 330, 477 
  6. ^ Grant, Paul (January 1, 2007), The Three Self Church, NSM, diakses tanggal 01 Mei 2007  .
  7. ^ Allen, Roland (1912), Missionary Methods: St. Paul's or Ours?, London: R. Scott 
  8. ^ Allen, Roland (1927), The Spontaneous Expansion of the Church: And Causes that Hinder It, London: The World Dominion Press 
  9. ^ Lewis, Donald M. (2004). Christianity Reborn: The Global Expansion of Evangelicalism in the Twentieth Century. William B. Eerdmans. hlm. 90. 
  10. ^ Chow, Christie Chui-Shan; Lee, Joseph Tse-Hei (2016), "Covert and Overt Activism: Christianity in 1950s Coastal China", Frontiers of History in China, 11 (4): 580–581 
  11. ^ Ng, Peter Tze Ming (2012), Chinese Christianity: An Interplay between Global and Local Perspectives, Boston: Brill, hlm. 211, 218 
  12. ^ Hiebert, Paul G. (1985). Anthropological Insights for Missionaries (dalam bahasa Inggris). Baker Publishing Group. hlm. 193–226. ISBN 978-0-8010-4291-1. 
  13. ^ Bosch, David J. (1991). Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Maryknoll, NY: Orbis Books. hlm. 462. ISBN 978-1-60833-146-8.