Kertabhumi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Vëantur07 (bicara | kontrib)
k Bhre Kertabhumi bukan merupakan penguasa Majapahit, seperti yang telah disampaikan oleh Jan Noorduyn. Pembacaan Bhre Kertabhumi merupakan kesalahan interpretasi Muusses yang dipakai banyak orang.
Raden Salman (bicara | kontrib)
k Sejarawan Luar Negeri tidak dapat digunakan untuk rujukan utama... yang bisa dijadikan rujukan utama Adalah sumber primer dan sejarawan lokal dan pujangga kraton, serta data Keluarga Besar Kraton, selebihnya hanya sebagai kroscek ....Membalikkan revisi 24811404 oleh Vëantur07 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1: Baris 1:
{{more citations needed}}
{{more citations needed}}
{{infobox royalty
{{infobox royalty
| name = Bhre Kertabhumi
| name = Brawijaya V<br>Bhre Kertabhumi
| title = Batara Voqjaya<br>Batara Wijaya<br>Bhra Wijaya
| image =
| father = [[Rajasawardhana]]
| father = [[Rajasawardhana]]
| mother = Manggalawardhani Bhre Tanjungpura
| mother = Manggalawardhani Bhre Tanjungpura
| succession1 = Penguasa [[Majapahit]]
| reign1 = 1468-1474
| predecessor1 = [[Suraprabhawa]]
| successor1 = [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]]<br>([[Brawijaya|Brawijaya VI]] / Bhre Keling)
| succession2 = Penguasa [[Demak]]
| reign2 =
| predecessor2 =
| successor2 = [[Raden Patah]]
| spouse = [[Siu Ban Ci]]
| issue = *[[Raden Patah]]
*[[Ratu Ratna Pembayun]]
| death_date = 1478
| death_date = 1478
}}
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
'''Bhre Kertabhumi''' adalah pangeran [[Majapahit]] (1468-1474) yang berkedudukan di Kertabhumi (Mojokerto Jawa Timur?), yang merupakan putra bungsu [[Rajasawardhana]] (Raja Majapahit ke-8). Nama aslinya belum diketahui tetapi dikenal melalui Prasasti Jiyu, Serat Pararaton, Kakawin Banawa Sekar, Suma Oriental, Babad Tanah Jawi, Serat Kanda dan Serat Pranitiradya. Bhre Kertabhumi dikenal sebagai pangeran Majapahit yang mengalahkan pamannya, [[Suraprabhawa]] (raja Majapahit ke-10).
'''Bhre Kertabhumi''' atau '''Raden Alit''' atau '''Bhra Wijaya''' atau '''Batara Wijaya''' atau '''Kung-ta-bu-mi''' atau disingkat '''Brawijaya V''' adalah raja [[Majapahit]] (1468-1474) yang berkedudukan di Kertabhumi / wilwatikta Mojokerto Jawa Timur , yang merupakan putra bungsu [[Rajasawardhana]] (Raja Majapahit ke-8). Nama aslinya belum diketahui tetapi dikenal melalui Prasasti Jiyu, Serat Pararaton, Kakawin Banawa Sekar, Suma Oriental, Babad Tanah Jawi, Serat Kanda dan Serat Pranitiradya.
Bhre Kertabhumi dikenal sebagai penguasa Majapahit setelah mengalahkan pamannya, [[Suraprabhawa]] (raja Majapahit ke-10). Bhre Kertabhumi atau Brawijaya merupakan ayah dari [[Raden Patah]] ,Ratna Pambayun dan 115 anak lainnya.

Prabu Brawijaya V Kertabhumi merupakan Raja berdinasti rajasa yang terakhir (Dinasti Rajasa adalah dinasti keturunan Ken Arok) , yang setelah itu digulingkan oleh sepupunya, Adipati Kediri jaman majapahit yaitu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya ([[Girindrawarddhana|Dinasti Girindrawarddhana]]) dari [[Kediri]].


== Merebut Tahta Majapahit ==
== Merebut Tahta Majapahit ==
Menurut Pararaton, pada tahun 1468, Bhre Kertabhumi melakukan pemberontakan terhadap [[Suraprabhawa]] (Singhawikramawardhana), adik [[Rajasawardhana]], karena ia adalah putra Rajasawardhana. Putra-putra Rajasawardhana merasa lebih berhak atas takhta [[Majapahit]] dibanding pamannya itu. Pemerintahan Suraprabhawa berakhir tahun 1468 dan digantikan oleh keponakannya, yaitu Bhre Kertabhumi putra Rajasawardhana. Suraprabhawa beserta keluarganya kemudian melarikan diri ke daerah Keling, [[Daha]]. Pararaton memang tidak menyebut dengan jelas kalau Bhre Kertabhumi adalah raja yang menggantikan Suraprabhawa.
Menurut Pararaton, pada tahun 1468, Bhre Kertabhumi melakukan pemberontakan terhadap [[Suraprabhawa]] (Singhawikramawardhana), adik [[Rajasawardhana]], karena ia adalah putra Rajasawardhana, yang merasa lebih berhak atas takhta [[Majapahit]] dibanding pamannya itu. Pemerintahan Suraprabhawa berakhir tahun 1468 dan digantikan oleh keponakannya, yaitu Bhre Kertabhumi putra Rajasawardhana. Suraprabhawa beserta keluarganya kemudian melarikan diri ke daerah Keling, [[Daha]]. Pararaton memang tidak menyebut dengan jelas kalau Bhre Kertabhumi adalah raja yang menggantikan Suraprabhawa. Justru dalam [[kronik Cina]] dari [[Kuil Sam Po Kong]], diketahui kalau ''Kung-ta-bu-mi'' adalah penguasa Majapahit yang memerintah sampai meninggal pada tahun 1478.


== Dikalahkan Girindrawardhana ==
== Dikalahkan Girindrawardhana ==
Menurut ''Prasasti Jiyu'' yang dibuat tahun 1474, oleh [[Dyah Ranawijaya]] (Girindrawardhana).
Menurut ''Prasasti Jiyu'' yang dibuat tahun 1474, oleh [[Dyah Ranawijaya]] (Girindrawardhana). Kakak dari Bhre Kertabhumi dikalahkan oleh [[Dyah Ranawijaya]], raja [[Majapahit]] yang sejak tahun 1474 menggantikan [[Suraprabhawa|Singhawikramawardhana]]. Hal ini diperkuat juga dalam ''Prasasti Petak'', Ranawijaya mengaku bahwa ia telah menang,<ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref> serta memindahkan ibu kota Majapahit ke Daha ([[Kediri]]).
Kertabhumi dikalahkan oleh [[Dyah Ranawijaya]], raja [[Majapahit]] yang sejak tahun 1474 menggantikan [[Suraprabhawa|Singhawikramawardhana]]. Hal ini diperkuat juga dalam ''Prasasti Petak'', Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Bhre Kertabhumi,<ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref> serta memindahkan ibu kota Majapahit ke Daha ([[Kediri]]). Bhre Kertabhumi kemudian melarikan diri ke daerah [[Demak]]. Peristiwa perebutan kekuasaan ini kemudian memicu perang antara Majapahit melawan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Bhre Kertabhumi. Hingga pada tahun 1478, setelah Bhre Kertabhumi wafat, [[Raden Patah]] putra
Bhre Kertabhumi mendirikan [[Kesultanan Demak|Kerajaan Demak]] dan memisahkan diri dari Majapahit.


==Keluarga dan Keturunan==
==Keluarga dan Keturunan==
[[File:Rajasa-Dynasty id.svg]]
[[File:Rajasa-Dynasty id.svg]]
*Kakek: [[Kertawijaya]] ([[Brawijaya|Brawijaya I]])
*Ayah: [[Rajasawardhana]]
*Ibu: Manggalawardhani Bhre Tanjungpura
*Saudara:
**Bhre [[Sidoarjo|Kahuripan]] VII
**Bhre [[Yogyakarta|Mataram]] V
**Bhre [[Lamongan|Pamotan]] II
*Istri :
** Dewi Amarawati/dwarawati (champa)
** Siu Ban Chi (tiongkok)
** Dewi Wandhan Kuning (sulawesi)
** Dewi Kian (cina palembang)
*Anak:
**[[Ratu Ratna Pembayun|Ratu Ratna Pambayun]](mojokerto)
**[[Raden Patah]] (demak)
**Bondan Kajawan (mataram)
**Bathara Katong (wengker)
**Raden Jaka Ketul
**Harya [[Tunangka lopi|Tarunaba]]/jokoKretek(makasar)
**Harya Dilah (palembang)
**Jaran Panoleh (songenep)
**Harya Dewa Ketuk (bali)
**Harya prabangkara (pergi ke cina)
**Harya Kuwik (borneo)
**Jakasujalma (suralegawa/blambangan)
**Raden Surenggana (perang demak)
**Retno bintara (nusa barung)
**Retnokedaton(umbul kendat pengging)
**Retno Kumolo (jipang)
**jaka mulya gajah premada (sragen)
**Retno Marlangen (Lowano)
**Raden Gugur/sunan Lawu
**DLL


*Cucu:
**[[Pati Unus]]
**[[Trenggana]]
**Nyai Ageng Ngerang
**Ki Getas Pandawa
**Ki Ageng Wanasaba, lainnya
**kebo kanigoro
**kebo amiluhur
**kebo kenongo

*cicit :
** [[Sultan Hadiwijaya]] Joko Tingkir

== Referensi ==
== Referensi ==
* ''Babad Majapahit dan Para Wali (Jilid 3)''. 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
* ''Babad Majapahit dan Para Wali (Jilid 3)''. 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah

Revisi per 7 Januari 2024 02.37

Brawijaya V
Bhre Kertabhumi
Batara Voqjaya
Batara Wijaya
Bhra Wijaya
Penguasa Majapahit
Berkuasa1468-1474
PendahuluSuraprabhawa
PenerusGirindrawardhana Dyah Ranawijaya
(Brawijaya VI / Bhre Keling)
Penguasa Demak
PenerusRaden Patah
Kematian1478
AyahRajasawardhana
IbuManggalawardhani Bhre Tanjungpura
PasanganSiu Ban Ci
Anak

Bhre Kertabhumi atau Raden Alit atau Bhra Wijaya atau Batara Wijaya atau Kung-ta-bu-mi atau disingkat Brawijaya V adalah raja Majapahit (1468-1474) yang berkedudukan di Kertabhumi / wilwatikta Mojokerto Jawa Timur , yang merupakan putra bungsu Rajasawardhana (Raja Majapahit ke-8). Nama aslinya belum diketahui tetapi dikenal melalui Prasasti Jiyu, Serat Pararaton, Kakawin Banawa Sekar, Suma Oriental, Babad Tanah Jawi, Serat Kanda dan Serat Pranitiradya.

Bhre Kertabhumi dikenal sebagai penguasa Majapahit setelah mengalahkan pamannya, Suraprabhawa (raja Majapahit ke-10). Bhre Kertabhumi atau Brawijaya merupakan ayah dari Raden Patah ,Ratna Pambayun dan 115 anak lainnya.

Prabu Brawijaya V Kertabhumi merupakan Raja berdinasti rajasa yang terakhir (Dinasti Rajasa adalah dinasti keturunan Ken Arok) , yang setelah itu digulingkan oleh sepupunya, Adipati Kediri jaman majapahit yaitu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (Dinasti Girindrawarddhana) dari Kediri.

Merebut Tahta Majapahit

Menurut Pararaton, pada tahun 1468, Bhre Kertabhumi melakukan pemberontakan terhadap Suraprabhawa (Singhawikramawardhana), adik Rajasawardhana, karena ia adalah putra Rajasawardhana, yang merasa lebih berhak atas takhta Majapahit dibanding pamannya itu. Pemerintahan Suraprabhawa berakhir tahun 1468 dan digantikan oleh keponakannya, yaitu Bhre Kertabhumi putra Rajasawardhana. Suraprabhawa beserta keluarganya kemudian melarikan diri ke daerah Keling, Daha. Pararaton memang tidak menyebut dengan jelas kalau Bhre Kertabhumi adalah raja yang menggantikan Suraprabhawa. Justru dalam kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong, diketahui kalau Kung-ta-bu-mi adalah penguasa Majapahit yang memerintah sampai meninggal pada tahun 1478.

Dikalahkan Girindrawardhana

Menurut Prasasti Jiyu yang dibuat tahun 1474, oleh Dyah Ranawijaya (Girindrawardhana). Kertabhumi dikalahkan oleh Dyah Ranawijaya, raja Majapahit yang sejak tahun 1474 menggantikan Singhawikramawardhana. Hal ini diperkuat juga dalam Prasasti Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Bhre Kertabhumi,[1] serta memindahkan ibu kota Majapahit ke Daha (Kediri). Bhre Kertabhumi kemudian melarikan diri ke daerah Demak. Peristiwa perebutan kekuasaan ini kemudian memicu perang antara Majapahit melawan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Bhre Kertabhumi. Hingga pada tahun 1478, setelah Bhre Kertabhumi wafat, Raden Patah putra Bhre Kertabhumi mendirikan Kerajaan Demak dan memisahkan diri dari Majapahit.

Keluarga dan Keturunan

  • Kakek: Kertawijaya (Brawijaya I)
  • Ayah: Rajasawardhana
  • Ibu: Manggalawardhani Bhre Tanjungpura
  • Saudara:
  • Istri :
    • Dewi Amarawati/dwarawati (champa)
    • Siu Ban Chi (tiongkok)
    • Dewi Wandhan Kuning (sulawesi)
    • Dewi Kian (cina palembang)
  • Anak:
    • Ratu Ratna Pambayun(mojokerto)
    • Raden Patah (demak)
    • Bondan Kajawan (mataram)
    • Bathara Katong (wengker)
    • Raden Jaka Ketul
    • Harya Tarunaba/jokoKretek(makasar)
    • Harya Dilah (palembang)
    • Jaran Panoleh (songenep)
    • Harya Dewa Ketuk (bali)
    • Harya prabangkara (pergi ke cina)
    • Harya Kuwik (borneo)
    • Jakasujalma (suralegawa/blambangan)
    • Raden Surenggana (perang demak)
    • Retno bintara (nusa barung)
    • Retnokedaton(umbul kendat pengging)
    • Retno Kumolo (jipang)
    • jaka mulya gajah premada (sragen)
    • Retno Marlangen (Lowano)
    • Raden Gugur/sunan Lawu
    • DLL


  • Cucu:
    • Pati Unus
    • Trenggana
    • Nyai Ageng Ngerang
    • Ki Getas Pandawa
    • Ki Ageng Wanasaba, lainnya
    • kebo kanigoro
    • kebo amiluhur
    • kebo kenongo

Referensi

  • Babad Majapahit dan Para Wali (Jilid 3). 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
  • H.J. de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • J.L.A. Brandes, 1897, Pararaton (Ken Arok) of het boek der Koningen van Tumapěl en van Majapahit. Uitgegeven en toegelicht. Batavia: Albrecht; 's Hage: Nijhoff. VBG 49.1.
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
  1. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.